Just For You

Selasa, 22 April 2014

Earth's Day

hari bumi,selamatkan bumi
 22 April resmi sebagai hari bumi secara internasional, tahukah kita tentang hari bumi!!! ini sedikit sejarah tentang hari bumi semoga bisa memberikan pengalaman bagi kita.


Sejarah dan Evolusi Hari Bumi

Setiap tahun mulai 1970, 22 April diperingati sebagai Hari Bumi.
Tiap tahun, setiap 22 April diperingati sebagai Hari Bumi — yang menandai halaman baru dalam gerakan lingkungan modern.

Hari Bumi dimulai pada 1970, tahun kematian Jimi Hendrix, tahunnya album terakhir The Beatles. Tatkala para siswa AS semakin mengambil sikap menentang perang yang berkecamuk di Vietnam, dan protes banyak disuarakan. Namun wacana menyelamatkan planet bukan satu di antaranya.

Lantas seorang Senator Amerika Serikat dari Wisconsin, Gaylord Nelson, pada tahun 1970 menggagas ide tersebut. Ini dipicu setelah dia menyaksikan tumpahan minyak di pesisir Santa Barbara, California pada 1969.

Sudah sejak 1960-an Nelson menaruh kepedulian dan berkampanye pada isu lingkungan hidup, yang dirasanya lama hilang dari agenda negara. Perayaan awal ini memusatkan perhatian pada masalah-masalah lingkungan hidup yang mengusik kelestarian planet serta berimbas pada kesehatan manusia.

Singkatnya, Hari Bumi 1970 ini memunculkan semacam kesadaran. Dan Hari Bumi pun menjadi penyaluran energi dari gerakan antiperang dengan menempatkan kekhawatiran mengenai lingkungan di garis depan.

Kegiatan perdana Hari Bumi diikuti oleh 20 juta warga Amerika Serikat, angka tersebut terus bertambah seiring berjalannya waktu.

Dua dekade kemudian, pada 1990, Hari Bumi diikuti oleh 200 juta orang dari 141 negara. Kini, hingga miliaran orang di 190 negara yang mengikuti berbagai aksi Hari Bumi. Lebih dari 5.000 organisasi lingkungan dari seluruh dunia turut mendukung gerakan ini.

Amy Cassara dari World Resources Institute Washington —yang mencoba menganalisis tren global mengenai lingkungan— telah mencatat bahwa sejak Hari Bumi pertama, gerakan lingkungan telah berevolusi. Awalnya sebuah pokok bahasan sampingan; menjadi sebuah aliran arus utama yang kuat, yang dianggap penting oleh sebagian besar orang.

(Gloria Samantha. Sumber: Earth Day Network, Arsip NatGeo)
Pesan Bumi Pada Hari Bumi

Pesan Bumi Pada Hari Bumi


Andaikan bukan lima milyar manusia menghuni  bumi, melainkan 
lima  milyar harimau; tidak  ada  jarak seratus meter pun di Pulau Jawa tanpa anda bertemu seekor  harimau.  Apa anda  tidak  akan  mengalamitrauma/frustrasi dihantui begitu banyak harimau?

Bagi umat bumi yang beruntung tidak dibudidayakan, melihat manusia ibarat melihat harimau yang  lebih harimau  daripada harimau yang sebenarnya;  karena “manusia  harimau” ini tidak puas  memakan  daging
saja,  melainkan  juga hasil  tumbuh-tumbuhan,  ya buah,  daun, bunga, kayu bahkan juga bahan  bakar, logam, plastik, semen, beton dan lain-lain lagi.

Bayangkan,  untuk memenuhi kebutuhan  lima  milyar “manusia harimau” itu, betapa banyak makhluk  bumi harus  dibudidayakan  (alias   dicalon-korbankan), diburu,  ditembak, dijerat,  dijaring,  dipancing,
dibabat,  digergaji,…. Perut bumi pun dibor  dan diledakkan.  Dan  pengotorannya  tidak   tanggung-tanggung  mencemari  tanah,  sungai,  laut,  udara bahkan  menyebabkan  hujan asam,  merusak  lapisan
ozon diudara dan meningkatkan suhu bumi.

Jika dibiarkan, dalam tahun 2025 menurut  ramalan, umat manusia akan mencapai jumlah 8,5 milyar. Naik sekitar 3,5 milyar dalam 35 tahun menuju malapeta­ka dimana bumi berikut umat insan akan meratap dan
berkabung.

Sebaliknya,  andaikan  bukan  kenaikan   melainkan penurunan   3,5  milyar jumlah penduduk  itu  bisa diwujudkan, bumi dan umat insan akan berseri. Begitulah pesan bumi.

Sadar akan “menghamanya” umat manusia, di  Indonesia, terutama dikota-kota besar yang padat  penduduk,  pasangan-pasangan subur sibuk  ber-KB  untuk menurunkan jumlah populasi sampai serendah-rendahnya.  Memang  lebih baik,  daripada  menurunkannya melalui  peperangan  atau  membiarkan  orang-orang mati konyol melalui kelaparan atau penyakit.   “Satu  anak  saja demi masa  depan  tanpa  polusi, tanpa kemacetan  lalu-lintas, tanpa  pengangguran, tanpa  kemiskinan,  tanpa  harus  hidup  berhimpit dalam kampung kumuh/rumah susun, tanpa transmigrasi,  tanpa  penggusuran,  tanpa  cemas  kehamilan, tanpa pengguguran,…”  

Begitulah  semboyan mereka. Semoga menjadi kenyataan.                                        

Kompas, 29 April 1990.

Sumber:

http://chew.wordpress.com/pesan-bumi-pada-hari-bumi/

0 komentar:

Posting Komentar